Nganjuk, Jatim This Week – Berkaitan dengan peringatan BMKG terkiat potensi kekeringan lahan pertanian dan kebakaran hutan, pemerintah pusat melalui PUPR sebagaimana usulan dari petani kabupaten nganjuk agar dibangunkan waduk untuk antisipasi kekurangan air di musim kemarau sudah mengimplementasikan melalui proyek strategis nasional PSN denganb dibangunnya waduk Semantok, yang diresmikan presiden Joko widodo pada Desember 2022 lalu.
“Namun ternyata pembangunan waduk tersebut sekarang menyisakan masalah yakni belum terpenuhinya sebagian besar petani untuk mendapatkan aliran irigasi dari waduk semantok” kata Akub Zeta pada Kamis (8/6/2023)
Akub juga menjelaskan “denganluas lahan +/- 3200 an ha lahan Pemkab Nganjuk sampai saat ini pun belum menemukan solusi atas masalah tersebut. Berbagai rencana pertemuan dialog yang digagas pemkab dengan perwakilan petani dan tokoh masyarakat dengan BBWS Brantas belum terwujud.
” Masalahnya perwakilan petani memandang BBWS tdk memiliki kapasitas sebagai penentu kebijakan, di sisi lain masyarakat sudah menyerahkan permasalahan tersebut kepada Advokat yg tergabung dalam Tim Litigasi Semantok Bagi masyarakat,” kata aktivis lingkungan di nganjuk ini pada media ini.
permasalahan Semantok hanya bisa diselesaikan lewat jalur hukum, karena posisi masyarakat dan pemerintah sejajar. Isu yang berkembang ada rencana gugatan kepada pemerintah terkait pembangunan waduk semantok ini.” Urai Hadi Waluyo yang juga ikut mengkritisi peristiwa tersebut.
” Padahal di sisi lain, pembangunan waduk semantok telah memangkas sebagian area hutan di wilayah kabupatenbNganjuk yg ini menambah potensi kekeringan di wilayah utara Nganjuk, dan seharusnya Pemkab Nganjuk perlu merespon warning dari BMKG terkait perubahan iklim,” lanjutnya,
Persoalan lain yg saat ini sudah mulai muncul adalah kelangkaan gas LPG di kalangan petani yang diakibatkan oleh penggunaan gas LPG sebegai pengganti BBM untuk menyalakan genset untuk menyedot air guna mengairi lahan pertanian, dimana dari pantauan wartawan media ini menghabiskan 3 tabung gas LPG dalam sehari, tergantung luas lahan yg akan diairi.
” Tentu ini juga perlu mendapatkan perhatian dari Pemkab Nganjuk, mengingat masyarakat juga membutuhkan LPG ini untuk kepentingan pengairan lahan terlebih memasuki musim kemarau,” terangnya melanjutkan
Sementara itu Bupati Nganjuk DR Marhaen Djumadi saat menanggapi peristiwa langkanya BBM menyampaikan jika dirinya sudah melacak langkanya gas LPG 3 kg yang ternyata digunakan para petani menggunakan LPG 3 kg untuk bahan bakar mengairi sawah sebagai pengganti pakai solar, karenanya kita akan segera melakukan penambahan kuota
” ya untuk itu saya sudah mintakan tambahan kuota dan kita tertibkan lagi pemakaian LPG 3 kg untuk pengairan, Insyaallah Jumat bisa terpenuhi selesai dan clear “pungkas DR Marhaen. (sty/adi)