Malang, Jatim This Week – Pembatalan Indonesia menjadi tuan rumah piala dunia U-20 oleh FIFA tentunya sangat memprihatinkan bagi insan persepakbolaan Indonesia, artinya ada sesuatu yang salah atau dapat dipersalahkan untuk meligitimasi pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah piala dunia U-20
Memang ada dua Isu yang berkembang saat ini terkiat dengan pembatalan Indonesia sebagai Tuan Rumah, pertama adanya penolakan dari beberapa kepala daerah masyarakat tentang keikutsertaan Timnas Israel, dan yang kedua terkait penanganan tragedi Kanjuruhan yang tidak berjalan semestinya, juga turut menjadi perhatian dari FIFA, hal ini diungkapkan oleh Imam Hidayat,SH,MH, Ketua Tim Advokasi Tragedi Kanjuruhan (TATAK)
“jika melihat memang ada dua faktor yang bisa di jadikan alasan kenapa FIFA membatalkan Indonesia menjadi Tuan Rumah, pertama penlokan terhadap Israel, kedua terkiat dengan penanganan tragedi kenjuruhan seperti isi surat yang telah beredar luas di media,” Jelasnya
Masuk akal memang jika FIFA kemudian menitik beratkan pada penanganan ” Tragedi Kanjuruhan” mengingat Jaminan keamanan dan penanganan pasca atau saat penghelatan piala dunia U-20 bagi semua tim dan suporter dari peserta adalah hal yang sangat krusial dan vital menjadi dasar pemikiran dan pertimbangan FIFA, kata Imam dalam keterangan tertulisnya yang di bagikan pada jatimthisweek.com
Sementara itu , di tempat berbeda Sam Antok Baret saat di hubungi melalui panggilan Whatsapp pada jum’at (31/3/2023) pada jatimthisweek mengatakan jika mengamati dari proses hukum yang telah berjalan atas laporan model A terkait tragedi Kanjuruhan yang sudah di sidangkan tentu sangat menciderai rasa keadilan.
” Proses peradilan yang sudah berjalan di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya ibartkan seperti “dagelan”, untuk itu dirinya hingga saat ini masih terus mendorong agar laporan model B yang telah di buat dapat segera naik serta dilakukan gelar perkara,” lanjut budayawan asal malang ini.
Ibarat ” Hilang Tertiup Angin ” begitu istilah yang bisa kita pakai untuk menggambarkan proses mencari keadilan bagi 135 nyawa yang melayang, terlebih para korban yang hingga saat ini mengalami cacat permanen di negeri yang kita cintai ini, kata Sam Antok dengan nada sedikit berat.
Karenanya dengan ramainya pemberitaan terkiat dengan pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 sebenarnya bisa menjadi pintu masuk bagi semua pihak, termasuk pemerintah untuk kembali membuka dan menuntaskan kasus Trgedi Kanjuruhan dengan seadil-adilnya.
“Saat ini kita memang terlihat diam, tapi tetap kita akan terus bergerak dan kita sudah memahami “peta” tentang siapa-siapa yang menuntut keadilan itu di tetapkan serta siapa yang tidak ingin keadilan itu di tetapkan,” imbuhnya
Bagi saya ada rasa “kekecewaan” dengan pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, terlebih bagai mereka (pemain) yg sudah berlatih secara maksimal, namun ada hal lain perlu dipahami oleh masyarakat yaitu “tegakkan keadilan” yang seadil-adilnya agar kasus Tragedi Kanjuruhan selesai terutama bagi korban dan keluarganya (adi)