Malang, Jatim This Week – Pelajar yang terdampak perbaikan Jembatan Lembayung sudah tak menggunakan gethek untuk berangkat maupun pulang sekolah. Kendaraan antar jemput yang dijanjikan Pemkot Malang dioperasikan perdana mulai kamis pagi (5/10/2023) dengan menyediakan 10 unit kendaraan diturunkan oleh pemkot.
Antara lain tiga bus Macito, dua mobil dinas, empat mobil van, serta satu microbus. Tentu saja kendaraan yang melayani pelajar disambut baik oleh para orang tua pelajar. Sebab, mereka tak khawatir lagi dengan keselamatan sang anak jika terus menggunakan gethek.
”Kalau naik gethek terlalu riskan. Saya harus menunggu (di pinggir sungai) sambil sedikit cemas melihat dia (anaknya) ikut ketakutan,” kata Sugiarti, salah satu orang tua pelajar.
Ibu dari Rizal Dwitama itu pun berharap kendaraan antar jemput yang disediakan pemkot terus beroperasi. Terutama selama Jembatan Lembayung diperbaiki. Dengan adanya angkutan itu, Sugiarti juga bisa lebih menghemat ongkos transport untuk anaknya.
Muhammad Firman Putra, siswa kelas 7 SMPN 7 Malang itu mendapat pengumuman dari grup sekolah bahwa ada fasilitas antar jemput.
”Nanti dijemput lagi sore, tapi kalau ada ekstrakurikuler ya pulang bersama orang tua,” kata dia.
Cara memutihkan gigi secara instan (lakukan sekali sehari)
Firman pun menyatakan senang. Sebab, untuk sementara bisa berangkat sekolah tanpa berjalan kaki. Selain itu, lebih cepat sampai tujuan.
Di tempat lain, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang Suwarjana mengatakan, jadwal antar jemput untuk pelajar tedampak perbaikan Jembatan Lembayung sudah diatur. Untuk pemberangkatan awal, dia menjadwal pukul 06.00 kendaraan sudah siap mengangkut pelajar. Serta pada pukul 12.00 dan 15.30 angkutan tersebut juga akan mengantar pulang pelajar kembali ke rumah.
”Untuk jadwal bisa berubah karena kami menyesuaikan jam masuk dan pulang sekolah masing-masing. Prinsipnya, kami melayani sepenuhnya,” kata swarjana.
Sementara itu, di kesesempatan berbeda, Drs. Prayitno, M.AP. Kepala pelaksana BNPB Kota Malang saat ditemudi media ini menjelskan, jika opsi antar jemput dengan menggunakan macito dan hiace merupakan merupakan opsi yang terbaik bagi keselamatan para siswa dari pada mereka menyebrang dengan menggunakan getek.
“Jadi memang ada kehawatiran terkait dengan keselamatan siswa saat menyebrang menggunakan getek, terlebih saat melihat tipelogi sungai brantas yang susah ditebak,” kata pria yang akrab disapa Pak Prayit pada jum’at (6/10/2023).
Dimana jika melihat kontur dari sungai brantas sendiri, di sana banyak terdapat palung dengan arus yang sangat kuat, dan masih belum lagi ketika ada kiriman arus secara tiba-tiba, dan ini pernah terjadi saat ada seorang penambang pasir di kampung putih yang hilang kerena terseret arus dan masuk dalam palung di dalam sungai brantas, dan karena pengalaman itu kami dari BPBD Kota Malang tidak merekomendasi masyarakat untuk menyerang dengan menggunakan getek. (ad)